BAB 2-3
PERENCANAAN DAN MANAJEMEN STRATEGIS
RITEL
a.Pemahaman tentang Saluran pemasaran
Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling
tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa
siap untuk digunakan atau dikonsumsi,produk yang telah dihasilkan 'harus
terjual kepada konsumen atau pemakai akhir agar produsen mendapatkan keuntungan
finansial.Produsen menyalurkan produknya sampai ke konsumen menggunakan saluran
pemasaran.Saluran pemasaran biasanya melibatkan pihak-pihak:
produsen,perantara,dan konsumen akhir atau pemakai industri,terdapat banyak macam
perantara yang dapat digunakan produsen untuk menyalurkan produknya,salah
satunya adalah pengecer (retailer) atau usaha eceran (bisnis ritel).Bisnis
ritel atau perdagangan eceran dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran,
kepemilikan,operasional,dan sebagainya.Sedangkan saluran pemasaran dapat dibagi
dalam beberapa tingkatan sesuai banyak sedikitnya perantara.
Bisnis ritel mempunyai fungsi sebagai perantara dalam saluran
pemasaran dan fungsi-fungsi dalam hal
informasi,promosi,negosiasi,pemesanan,pembiayaan,pengambilan risiko,pemilikan
fisik,pembayaran dan hak milik.Peran bisnis ritel dalam saluran pemasaran bagi
produsen mencakup pada produk,pendanaan,iklan dan promosi,konsumen,dan pesaing.
b.Pemahaman tentang Perilaku Konsumen
Dalam pengertian bisnis ritel ini, barang yang dijual
disalurkan langsung kepada konsumen. Konsumen yang dimaksud dalam pengertian
ini adalah diri pribadi, keluarga, maupun rumah tangga. Proses yang terjadi
dalam bisnis ritel ini mencakup berbagai kegiatan sehingga transaksi antara pedagang
dan pembeli terjadi. Dalam hal ini, terdapat unsur yang mesti ada dalam
kegiatan bisnis ritel, yaitu meliputi product (barang atau jasa), price
(harga), place (tempat atau lokasi penjualan), dan promotion atau promosi. Hal
ini tentu saja berbeda dengan bisnis grosir dimana pengusaha membeli barang
dalam jumlah besar, dan menyalurkannya lagi kepada peritel. Bisnis grosir
biasanya dijalankan oleh pengecer karena kemampuan modalnya yang cukup besar.
Selain itu, juga terdapat mata rantai yang cukup panjang pada penyaluran barang
dalam bisnis ritel dan melibatkan banyak pihak didalamnya, seperti distributor
dan agen. Dalam mata rantai ini, pedagang perantara atau agen berperan dan
mengambil peran atau tugas distributor untuk menyalurkan barang dari produsen.
Selanjutnya agen menyalurkannya kepada pengecer atau peritel yang menjalankan
bisnis ritel agar menjualnya lagi kepada konsumen akhir. Namun dalam
prakteknya, mata rantai bisnis tak selalu berjalan seperti itu. Pedagang
grosir, ada yang kemudian merangkap dengan membuka bisnis ritel dengan menjual
barang atau produk langsung kepada konsumen. Hal ini bisa terjadi karena adanya
peluang ataupun keuntungan bisnis yang terbuka. Meskipun bisnis ritel
menyediakan berbagai peluang yang cukup menggiurkan, namun bisnis ini tak bisa
dijalankan hanya dengan memahami pengertian bisnis ritel. Kemampuan lain yang
harus dikuasai adalah manajemen usaha yang kuat, masalah layanan, dan kepekaan
bisnis. Apalagi perilaku konsumen dalam bisns ritel tidak mudah ditebak, bahkan
sering berubah. Hanya karena perbedaan harga yang sedikit atau kecewa dengan
tukang parkir, konsumen bisa dengan mudah berpindah ke toko lain.
c.Pemahaman tentang Perilaku Pesaing
Bisnis ritel merupakan salah satu usaha yang memiliki prospek
cukup baik.Terutama jika mengamati jumlah populasi penduduk Indonesia pada
tahun 2010 yang diperkirakan mencapai kurang lebih 220 juta jiwa.rasio
keberadaan ritel khusunya ritel modern apabila diabdingkan dengan total
penduduk Indonesia masih menunjukkan kesenjangan yang cukup besar.Keberadaan
ritel-ritel tradisional memang masih cukup diperlukan dalam konteks melayani
segmen ekonomi bawah.Namun kemajuan teknoligi dan tuntutan kebutuhan konsumen
yang terus meningkat menjadi pendorong adanya perubahan orientasi bisnis bisnis
ritel.Jika pada awalnya banyak bisnis ritel yang cukup dikelola secara
tradisional, tanpa dukungan teknologi yang memadai, tanpa pendekatan manajemen
modern dan tanpa berfokus pada kenyamanan dan keinginan untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan.Pergeseran pola perilaku belanja pelangan yang terdeteksi
dari sejumlah studi yang dilakukan menunjukkan bahwa aktivitas belanja
pelanggan tidak hanya dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan akan barang-barang
keperluan hidup, namun lebih mengarah pada terpenuhinya kebutuhan untuk
berekreasi dan berelasi. Kondisi inilah yang mendorong bisnis ritel tardisional
mulai harus peka menaggapi kebutuhan pelanggan yang belum terpenuhi jika mereka
ingin tetap bertahan hidup dalam lingkungan persaingan bisnis ritel yang
semakin tajam.
Bekal pemahaman terhadap konsep-konsep pengelolaan ritel
modern sangat penting untuk dipahami, mengingat kegagalan dalam pengelolaan
akan menumbulkan resiko kerugian yang cukup besar. Sedangkan jika seorang
pelaku bisnis ritel tetap bertahan dengan pengelolaan ritel secara tradisional
tidak memungkinkan untuk memiliki keunggulan kompetitif yang berkelanjutan bila
dihadapkan dengan semakin banyaknya ritel-ritel modern yang dikelola dengan
modal yang cukup besar maupun terjadinya perubahan pola belanja konsumen yang
mempunyai konsekuensi terhadap berubahnya kebutuhan mereka terhadap keberadaan
sebuah ritel seperti yang telah dijelaskan diatas.Pengelolaan ritel modern
skala besar dan kecil membutuhkan kesiapan pengelola dalam arti Sumber Daya
Manusia (SDM) yang memiliki pengetahuan, ketrampilan (baik soft maupun hard
skill)dalam hal manajerial ritel modern dan sekaligus kepekaan dalam melihat
peluang agar dapat memiliki kompetensi untuk bertahan dalam bisnis ritel
(continous competitive advantage).
Sangatpenting untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan
di bidang manajemen ritel yang akan menambah kesiapan pengelola ritel
tradisional maupun ritel modern pada umumnya dalam mengimplementasikan semua
pengetahuan dan konsep manajemen ritel modern secara terintegrasi khususnya
bagi kesiapan dalam mengelola bisnis ritel modern slaka kecil dan menengah
secara mandiri maupun apabila terjun sebagai bagian dari manajemen suatu
perusahaan ritel skala menengah dan besar.
Sasaran Pasar dalam membuka bisnis ritel adalah:
1. Para pengusaha
kecil dan menengah yang berkeinginan terjun dalam bisnis ritel sebagai :
a. Pemula dalam bisnis
ritel modern skala kecil dan menengah secara mandiri
Tenaga yang akan bergabung dala operasional perusahaan ritel
modern skala kecil dan menengah
b. Pelaku bisnis ritel
tardisional kecil dan menengah yang berkeinginan untuk mengembangkan diri
c. Tenaga yang akan
bergabung dalam manajerial perusahaan ritel modern skala kecil dan menengah
pada tingkatan supervisor/penyelia
2. Para pengusaha
ritel tradisional kecik dan menengah yang menjadi binaan suatu
lembaga/institusi/organisasi lembaga swadaya masyarakat.
Bidang Kompetensi Pelatihan, penelitian dan konsultasi dalam
bidang Manajemen Ritel, meliputi:
1. Perencanaan Bisnis Ritel (Retail Business Plan)
2. Audit Ritel Manajemen
3. Perencanaan dan Penyusunan Strategi Pemasaran Ritel
4. Pengelolaan Barang Dagangan (Merchandise Management)
5. Pengelolaan Operasional Toko (Store Operation) Kiat Sukses
Mengeloal Ritel Modern Skala Menengah dan Kecil (memulai dan mampu bertahan
dalam era kompetisi)
6. Pergeseran Paradigma Pengelolaan Ritel Tradisional menuju
Paradigma Ritel Modern
7. Analisis Perilaku Belanja Konsumen
8. Retail Mix (Bauran Ritel)
9. Pengelolaan Loss Prevention
10. Studi Kelayakan Bisnis Ritel
d. Pemahaman tentang Lingkungan Sosial,ekonomi, dan Teknologi
Lingkungan eksternal adalah semua elemen di luar organisasi
yang relevan untuk operasi. Unsur-unsur di luar organisasi sulit dikendalikan
namun berpengaruh terhadap organisasi. Organisasi tidak dapat berdiri sendiri
atau memenuhi kebutuhannya sendiri. Organisasi mengambil input seperti bahan
baku , uang, tenaga kerja dan energi dari lingkungan eksternal yang mengubahnya
menjadi produk atau jasa sebagai output. Lingkungan eksternal dibagi menjadi
dua yaitu lingkungan khusus dan lingkungan umum.
· e.Pemahaman
tentang lingkungan secara umum
Elemen-elemen
lingkungan umum meliputi sosial budaya, hukum, ekonomi, politik, dan teknologi.
Variabel sosial antara lain demografik, gaya hidup dan nilai-nilai sosial.
Variabel sosial budaya berkaitan dengan etika, benar-salah, dan tugas-wajib.
Perkembangan penduduk, angkatan kerja, struktur kerja partisipasi kerja dan
pendidikan mempengaruhi nilai-nilai sosial budaya.
Demografik atau
keadaan penduduk pada suatu wilayah seperti bertambahnya usia angkatan kerja.
Hal ini membawa perubahan bagi organisasi karena mempengaruhi besarnya pasokan
tenaga kerja. Demografik juga membentuk pasar untuk beraneka produk yang
disebabkan oleh baby boomers atau ledakan bayi.
Gaya hidup juga
membawa pengaruh terhadap organisasi. Sebagai contoh meningkatnya pola hidup
konsumtif masyarakat perkotaan mendorong mereka untuk membeli barang-barang
yang bermerk dan selalu up to date. Hal ini mendorong organisasi untuk lebih
menghasilkan produk mutu dan kualitas produknya.
Faktor nilai-nilai
sosial antara satu negara dengan negara lainnya berbeda. Misalnya di negara
Jepang banyak orang bekerja pada suatu perusahaan untuk seumur hidupnya. Ini
berbeda dengan sebagian besar negara-negara lain dimana masyarakatnya sering
berpindah-pindah pekerjaan dalam jangka pendek. Struktur organisasi di Perancis
lebih kaku daripada organisasi di Jepang atau Amerika. Di Jerman hak pekerja
dan serikat pekerja dijamin oleh Undang-Undang dan karyawannya disebut sebagai
mitra sosial, dan memiliki upah lebih besar daripada di Amerika Serikat.
Secara umum
kondisi ekonomi turut menentukan keberhasilan organisasi. Variabel ekonomi
yaitu, kondisi ekonomi pada umumnya yang mempengaruhi aktivitas sebuah
organisasi. Variabel ekonomi seperti upah, harga yang ditetapkan oleh pemasok
dan pesaing serta kebijakan fiskal pemerintah mempengaruhi biaya produksi
barang atau penawaran jasa dan kondisi pasar. Indikator ekonomi mengukur
pendapatan, tabungan, investasi, harga, upah, produktivitas, lapangan kerja,
aktivitas pemerintah serta transaksi internasional.
Variabel politik
yaitu berbagai faktor yang mungkin mempengaruhi aktivitas suatu organisasi
sebagai hasil dari proses atau iklim politik. Proses politik mencakup
persaingan antar kelompok dengan kepentingan yang berbeda, yang masing-masing
mencari peluang untuk mencapai sasarannya sendiri. Seiring dengan tuntutan
masyarakat terhadap praktik bisnis yang tidak benar, pemerintah hendaknya
menjadi kekuatan politik yang mewakili masyarakat melalui deregulasi, debirokratisasi,
dan dekonsentrasi.
Variabel teknologi
meliputi perkembangan baru dalam produk atau proses serta pengetahuan seperti
fisika yang mempengaruhi aktivitas organisasi. Teknologi dapat mengubah segala
sesuatu secara cepat dan adakalanya masyarakat tidak siap atau belum siap akan
perubahan teknologi. Inovasi dalam bidang komputerisasi, robot, bioteknologi
dan sumber daya alam lainnya mempengaruhi produktivitas masyarakat.
Dari penjelasan di
atas jelas bahwa lingkungan organisasi tidak statis. Manajemen organisasi
bertanggung jawab untuk mengidentifikasi kesempatan agar berkembang. Lingkungan
luar organisasi dapat menentukan keberhasilan organisasi/lembaga/badan usaha.
Untuk
mengidentifikasi perubahan lingkungan di luar organisasi, manajer perlu
memonitor lingkungan umum. Sebagai contoh, manajer perlu mengurangi produksi
barang mewah bila melihat adanya kecenderungan penurunan pengeluaran secara
umum dari konsumennya.
Organisasi
mendapatkan informasi tentang keadaan lingkungan umum dari berbagai sumber,
seperti dari hubungan informal dalam industri, manajer organisasi lain, data
dari dalam organisasi, laporan dan statistik pemerintah, jurnal atau majalah
ekonomi, serta data-data dari internet.